Seperti manusia, anabul juga membutuhkan vaksin. Vaksin juga perlu booster agar tetap efektif. Sehingga perlu menjadwalkan vaksin anabulmu agar vaksin tetap efektif dalam melindungi dari penyakit virus. Untuk mengetahui lebih lanjut, baca artikel : Usia berapa kucing dan anjing memerlukan vaksin? cek jadwalnya!
Vaksin berdasarkan urgensinya dibagi menjadi core vaccine (vaksin utama) dan non-core vaccine (vaksin tidak utama). Core vaccine adalah vaksin yang direkomendasikan untuk semua anabul karena tingkat penularan penyakitnya yang tinggi, sedangkan non-core adalah vaksin yang dibutuhkan anabul sesuai dengan gaya hidup, area geografi tempat tinggal dan resiko terpaparnya penyakit. Contohnya ada beberapa kucing atau anjing direkomendasikan untuk non core vaccine karena selalu berada diluar / outdoor, sering diajak travelling, atau tinggal di wilayah yang endemis dengan penyakit tertentu, misalnya penyakit rabies.
1. Vaksin untuk kucing
Vaksin kucing dapat dimulai dari usia 6 minggu, atau sesuai dengan rekomendasi dokter hewanmu karena perlu menyesuaikan kondisi anabul seperti kondisi kesehatan, berat badan dan lain sebagainya.
Berikut adalah core vaccine pada kucing. Seringkali disebut dengan FVRCP:
1. Feline Viral Rhinotracheitis (FVR)
Penyakit ini disebabkan oleh virus Feline Herpervirus 1 (FHV-1). Dapat menyebabkan gangguan pernafasan atas seperti pilek, bersin, dan mata berair.
2. Feline Calicivirus (FCV)
Disebabkan oleh virus Feline Calicivirus. Seperti FHV-1, virus ini dapat menyebabkan gangguan pernafasan atas, dan disertai gejala sariawan, luka area lidah, bibir dan hidung. Beberapa juga menunjukkan gejala lebih parah seperti infeksi di organ dalam.
3. Feline Parvovirus (FPV)
Menyebabkan penyakit Feline Panleukopenia atau juga disebut Feline Distemper. Penyakit ini sangat menular dan memiliki tingkat kematian tinggi karena menyerang sistem kekebalan tubuh. Gejala yang muncul antara lain tidak nafsu makan, muntah, demam, dan diare.
Berikut adalah Non-core vaccine pada kucing:
1. Rabies
Rabies merupakan penyakit zoonosis (dapat menular ke manusia dan ditularkan oleh manusia). Untuk wilayah dimana Rabies menjadi endemik, vaksin ini akan sangat direkomendasikan untuk diberikan. Rabies menyerang sistem syaraf pusat sehingga dapat berakibat fatal. Gejala yang nampak antara lain perilaku agresif, disorientasi, dan kematian.
2. Chlamydia felis
Chlamydia felis adalah bakteri yang hidup didalam sel, seringnya di area konjungtiva mata. Kucing yang terinfeksi akan menunjukkan gejala pilek, batuk, bersin, mata bengkak dan berair dan belekan. Sering kali vaksin ini digabungkan dengan FVRCP.
3. Feline Leukemia Virus (FeLV)
Virus ini berbahaya untuk kucing tertuama kitten. Gejala yang muncul di minggu pertama nampak ringatn, namun setelah beberapa bulan muncul gejala sperti tidak nafsu makan, berat badan turun, lemas, muntah dan gejala spesifik lain tergantung dari organ tubuh yang terserang seperti gejala gangguan reproduksi, syaraf, autoimun, anemia dan lain sebagainya. Virus ini hanya dapat ditularkan dengan kontak langsung dengan hewan terinfeksi.
4. Bordetella bronchiseptica
Bakteri yang menyebabkan penyakit pernafasan atas. Sering menyerang kucing dengan populasi yang besar. Bakteri dapat hidup didalam tubuh kucing dan tidak menyebabkan gejala, namun menularkan bakteri ke kucing lain. Saat kondisi tubuh melemah, stress atau sedang terinfeksi penyakit lain seperti FCV atau FVR, bakteri dapat menimbulkan gejala.
2. Vaksin untuk Anjing
Vaksin anjing dapat dimulai dari usia 6 minggu, atau sesuai dengan rekomendasi dokter hewanmu karena perlu menyesuaikan kondisi anabul seperti kondisi kesehatan, berat badan dan lain sebagainya.
Berikut ini adalah core vaccine untuk anjing:
1. Canine Parvovirus (CPV)
Parvovirus tergolong virus dengan penularan yang tinggi pada anjing. Puppy sangat rentan dengan penyakit ini. Virus akan menyerang sistem pencernaan dan menyebabkan kurangnya nafsu makan, muntah, demam, dan diare yang berdarah. Resiko dehidrasi sangat tinggi saat terpapar virus ini dan dapat menyebabkan kematian. Sehingga perlu segera ditangani oleh dokter hewan.
2. Canine Distemper Virus (CDV)
Virus ini dapat menyerang sistem pernafasan, saluran pencernaan dan sistem syaraf. Anjing yang tertular akan menunjukkan gejala mata berair, pilek, demam, batuk, muntah, diare dan bahkan kejang, lumpuh hingga menyebabkan kematian. Ada yang menyebut penyakit ini “hard pad” karena menyebabkan bantalan kaki anjing menebal dan mengeras. Anjing yang sembuh dari penyakit distemper sering kali mengalami gangguan permanen pada pengelihatan, sistem syaraf dan gigi.
3. Canine Adenovirus (CAV)
Merupakan virus yang menyebabkan penyakit hepatitis pada anjing. Namun berbeda dengan penyebab penyakit hepatitis pada manusia. Gejala yang muncul antara lain demam, muntah, perut sakit saat dipegang, dan mukosa berwarna kuning. Penyakit ini juga daapat menyebabkan kematian.
Non-core vaccine untuk anjing antara lain:
1. Rabies
Sama seperti di kucing, rabies merupakan penyakit zoonosis dan berakibat fatal. Gejala awal yang muncul antara lain halusinasi, air liur banyak, takut dengan air, lumpuh hingga menyebabkan kematian.
2. Bordetella bronchiseptica
Merupakan bakteri yang menyebabkan gejala batuk, muntah dan kehilangan nafsu makan. Merupakan penyakit yang sangat menular terutama anjing yang tinggal di populasi tinggi.
3. Leptospira
Bakteri Leptospira dapat menginfeksi dengan gejala demam, muntah, sakit di area perut, tidak nafsu makan, diare, lemah, dan mukosa menguning. Namun ada beberapa anjing juga tidak menunjukkan gejala. Bakteri ini tergolong zoonosis (menular ke manusia dan dapat ditularkan oleh manusia).
4. Canine Parainfluenza (CPIV)
Merupakan salah satu virus penyebab kennel cough, yaitu penyakit saluran pernafasan atas yang penularannya tinggi pada anjing yang tinggal di populasi banyak. Gejala yang muncul antara lain batuk, bersin, pilek, dan lesu.